Sabtu, 20 Juli 2013

Konstelasi Internasional Terkait ‪‎Ukraina‬

Pertanyaan:

Sudah diketahui bahwa Viktor Fedorovych Yanukovych adalah orangnya Rusia di Ukraina dan sekarang menjadi presiden Ukraina. Hal yang biasa bahwa orientasinya ke arah Rusia. Akan tetapi yang tampak menarik adalah sikap lunaknya terhadap Eropa dan Amerika. Apakah itu berarti ia mulai beralih orientasi ke barat menjauh dari Rusia, ataukah itu sesuai kesepakatan dengan Rusia untuk menjaga pemerintahannya di depan intervensi dan tekanan yang dihadapi oleh Yanukovych?

Jawab:

Untuk memahami jawaban tersebut maka harus dipahami tentang konstelasi internasional terkait Ukraina … Ukraina merupakan pusat pertarungan lama antara Rusia dan Eropa. Kemudian Amerika ikut masuk ke dalam arena pertarungan pada masa belakangan. Pertikaian tersebut, khususnya antara Rusia dan Eropa, meninggalkan jejak yang dalam terhadap rakyat Ukraina dan terhadap pandangan mereka kepada barat dan Rusia. Masyarakat yang hidup di bagian timur negeri loyal kepada Rusia. Sementara masyarakat yang tinggal di bagian barat negeri terpengaruh oleh Eropa dan Amerika. Dan berikutnya, negeri tersebut terbelah secara riil menjadi dua bagian. Terlebih lagi, kelompok politik di Ukraina dahulu bekerja selama bertahun-tahun untuk menyeimbangkan hubungan antara kekuatan Eropa dan Rusia, atau bersikap bias untuk kekuatan yang dominan, baik Rusia atau Eropa.
Begitulah, jadi Ukraina adalah penting untuk negara-negara ini:

1. Adapun Rusia, Ukraina merupakan negeri yang sangat penting bagi Rusia. Jika Rusia kehilangan Ukraina maka barat menjadi berada di tapal batasnya secara langsung. Jadi Ukraina seperti perisai dari arah Eropa. Di samping juga pentingnya Ukraina secara ekonomi menjadi tempat perlintasan pipa gas Rusia ke Barat. Perlu diketahui, Rusia bersikeras untuk mengembalikan hegemoninya di kawasan Uni Soviet termasuk di dalamnya Ukraina. Akan tetapi pada saat meletusnya Revolusi Oranye dan Yushchenko berhasil sampai ke kekuasaan pada pemilu 2005, pengaruh Rusia di Ukraina melemah. Yushchenko adalah agen Amerika. Pada masa pemerintahannya Amerika sibuk untuk mempercepat penyempurnaan integrasi antara Ukraina dan barat. Selama masa dia menjabat, Yushchenko mengancam mengusir armada laut hitam Rusia dari Sevastopol pada akhir masa sewa militer Rusia di sana tahun 2017. Yushchenko tidak menyembunyikan keinginannya menggabungkan Ukraina secara sempurna dalam lembaga Barat seperti Uni Eropa dan NATO. Kiev masuk dalam beberapa perundingan atas kesepakatan kemitraan dengan Uni Eropa dan meminta rencana kerja untuk keanggotaan NATO … Begitulah, pengaruh Rusia pun berada dalam krisis. Akan tetapi Rusia pada Februari 2010 berhasil mengembalikan orangnya di Ukraina Viktor Fedorovych Yanukovych ke kekuasaan. Dia adalah presiden keempat Ukraina dan pendukung kuat Rusia. Sejak saat itu pengaruh Amerika kembali mengalami kemunduran dan Ukraina mengarah ke normalisasi hubungan dengan Rusia.

Yanukovych bertemu dengan presiden Rusia Medvedev di Kharkov kurang dari dua bulan ia menjabat pada tanggal 21 April 2010. Dalam pertemuan itu ia setuju memperpanjang sewa armada laut hitam untuk 25 tahun tambahan, yang akan berhenti pada tahun 2042. Sebaliknya, perusahaan gas Rusia Gazprom setuju menurunkan harga gas alam menjadi 100 dolar per 1000 meter kubik untuk jangka waktu yang masih tersisa dari transaksi gas yang ditandatangani tahun 2009. Mantan Perdana Menteri Ukraina Yulia Timochenko menolak perjanjian itu. Ia mengatakan bahwa hal itu bertentangan dengan konstitusi. Disebabkan penentangannya yang keras ia dijebloskan ke penjara.

Meskipun Ukraina pada masa Yanukovych menampakkan keinginannya dalam menjaga hubungan kerjasama dengan NATO, akan tetapi Ukraina pemerintahan Yanukovych tidak meminta keanggotaan NATO atau rencana kerja untuk mendapatkan keanggotaan. Dengan kebijakan ini, jadual kerja bilateral antara Kiev dan Moskow jadi menguntungkan Rusia.

Pada pihak dalam negeri, kebijakan Yanukovych yang represif menjadi meningkat. Pada tanggal 30 September 2010, Mahkamah Konstitusi Ukraina menghapus amandemen yang dimasukkan terhadap konstitusi oleh Parlemen Ukraina pada Desember 2004. Ini terjadi setelah hakim dari kalangan oposisi dicopot dan ditunjuk empat hakim baru yang mendukung. Ini mengizinkan Yanukovych kembali ke hari-hari sebelum Revolusi Oranye, dan memberikan kekuatan implementatif kepada presiden dan melemahkan kekuasaan parlemen.

2. Sedangkan Eropa, maka Eropa memahami bahwa Rusia memanfaatkan file gas dan suplay gas ke barat melalui Ukraina. Rusia memanfaatkannya untuk menekan dan memikat agar Ukraina tetap berada di bawah pengaruh Rusia, atau minimal tidak loyal kepada barat demi kepentingannya. Karena itu, Eropa berusaha memikat Ukraina dengan dana dan solusi alternatif atas ketergantungan totalnya terhadap gas Rusia. Eropa pun menawarkan kepada Ukraina dana untuk mengup-grade infrastruktur dan teknologi gas, dan berpartisipasi dalam eksploitasi gas serpih bebatuan (Shale Gas). Dan ada pembicaraan di sana untuk menjadikan gas sebagai poros energi. Berdasarkan latar belakang ini Ukraina dan Uni Eropa menandatangani protokol penggabungan ke perjanjian energi pada September 2010 yang masuk dalam tahapan implementasi pada Februari 2011. Pada tahun lalu Ukraina juga menandatangani transaksi 10 miliar dolar dengan perusahaan Shell untuk mengeksploitasi cadangan gas alam serpih bebatuan (shale natural gas) di Ukraina agar menjadi kemitraan terbesar di Eropa. Diyakini bahwa itu akan menjadi transaksi terbesar untuk mengeksploitasi gas alam di bawah tanah dari serpih minyak untuk lima puluh tahun ke depan di Eropa.

Ukraina sekarang sedang berunding dengan Uni Eropa berkaitan dengan integrasi dengan Eropa. Akan tetapi Partai Daerah (partainya Yanukovych) menghambat upaya itu. Ketua Delegasi Uni Eropa untuk Ukraina Jan Tombinski mendorong anggota partai daerah untuk menghentikan hambatan kerja komite parlemen untuk berintegrasi ke Eropa. Perkembangan semisal ini mengganggu Rusia. Dan untuk menghadapi insentif ekonomi Uni Eropa sebagai bagian dari pembicaraan integrasi, Rusia pun menawarkan kepada Ukraina untuk menjadi anggota dalam persatuan kepabeanan. Akibat tekanan Rusia dan loyalitas Yanukovych kepada Rusia, Parlemen Ukraina pada tanggal 30 Juli 2012 meratifikasi perjanjian kawasan perdagangan bebas (Rusia). Ukraina menjadi negara ketiga setelah Rusia dan Belarusia di antara negara-negara yang meratifikasi perjanjian yang telah dibentuk pada 18 Oktober 2011. Awalnya perjanjian itu ditandatangani oleh delapan negara CIS (Commenwealt of Independent States) dipimpin oleh Rusia dan diikuti oleh Belarusia, Ukraina, Armenia, Kazakhstan, Kyrgizia, Moldovia dan Tajikistan. Perjanjian itu telah diratifikasi oleh Rusia, Belarusia kemudian Ukraina dan diikuti oleh negara-negara lainnya.

Meski demikian, seperti halnya Yanukovych mengalami berbagai tekanan dari Rusia, dia juga mengalami berbagai tekanan dari Uni Eropa yang menolak penggabungan Ukraina ke persatuan kepabeanan dengan Rusia dan peningkatan integrasi dengan Rusia. Karena itu, Uni Eropa melakukan dan memberitahu Ukraina dalam KTT Uni Eropa-Ukraina pada tanggal 25 Maret 2013 di Brussels bahwa tidak mungkin menghimpun antara keanggotaan Uni Eropa dan keanggotaan Persatuan Kepabeanan. Uni Eropa telah mempermudah Ukraina bergabung ke WTO. Peter Mandelson, juru runding perdagangan Uni Eropa pada tanggal 14/1/2013 mengatakan: “Uni Eropa menyiapkan dukungan kuat untuk keanggotaan Ukraina di WTO dan ini merupakan langkah pertama ke arah integrasi terbesar untuk Ukraina dengan perekonomian global dan Eropa.”

Begitulah, tampak jelas bahwa Yanukovych pada waktu ia loyal kepada Rusia, pada saat yang sama dia juga mendekat ke Uni Eropa. Artinya, ia bermain pada keseimbangan antara kepentingan Rusia dan Eropa di Ukraina.

3. Sedangkan Amerika, kehancuran Uni Soviet pada tahun 1991 telah membuka kesempatan baru untuk kekuatan Eropa lama. Demikian juga kesempatan baru untuk Amerika sebagai kekuatan adidaya di dunia. Yaitu kesempatan untuk melakukan pengaruh lebih besar di lapangan politik di Ukraina. Karena kesibukan Eropa dalam mengembalikan persatuan Jerman, penyatuan mata uang Eropa dan dengan berbagai perbedaan di antara negara-negara Eropa, hal itu membuka kesempatan bagi Amerika untuk memanfaatkan situasi sebaik mungkin. Rusia sendiri tidak mampu dengan bentuk apapun untuk menghentikan Amerika. Rusia benar-benar hancur seiring dengan kehancuran Uni Soviet dan beralih ke kapitalisme. Dan Amerika memanfaatkan kelemahan Rusia itu. Maka Presiden Amerika terdahulu George W Bush, pada 24 Oktober 1992, menandatangani undang-undang kebebasan untuk Rusia dan demokrasi Eurasia yang sedang tumbuh, mendukung pasar terbuka yang kemudian dikenal dengan undang-undang mendukung kebebasan (FSA). Hal itu agar bisa mengikuti jalan Amerika dalam memberikan bantuan ke negeri-negeri Eurasia pasca kehancuran Uni Soviet. Pemerintah Amerika mempercayakan kepada kantor koordinasi bantuan Amerika untuk Eropa dan negeri Eurasia di kementerian luar negeri (EUR/ACE) tugas koordinasi dan manajemen program bantuan luar negeri yang termaktub oleh undang-undang mendukung kebebasan (FSA).

Dalam kerangka UU untuk mendukung kebebasan, pemerintahan Amerika yang silih berganti berusaha meningkatkan pengaruhnya di Ukraina. Sebagai contoh, dahulu Amerika paska kemerdekaan Ukraina dari Uni Soviet tahun 1991, Amerika mampu memanfaatkan presiden pertama Ukraina Leonid Kravchuk dalam membangun aktivitas tripartit tahun 1994 untuk menghancurkan persenjataan nuklir di wilayah Ukraina. Amerika juga mampu membangun kerja sama strategis dengan Ukraina melalui presiden kedua Ukraina, Leonid Kuchma, pada tahun 1994. Sebagaimana Kuchma menandatangani kesepakatan kemitraan dan kerja sama dengan Uni Eropa, dia juga menyetujui kemitraan spesifik dengan NATO. Amerika bahkan mampu mempengaruhi perjanjian bilateral antara Rusia dan Ukraina pada Mei 1997 dalam masalah hak-hak armada laut hitam Rusia di semenanjung Krimea. Amerika memperoleh kesuksesan besar di Ukraina, ketika berhasil menobatkan Victor Yushchenko ke tampuk kekuasaan pada pemilu tahun 2005 pasca Revolusi Oranye. Yushchenko adalah agen Amerika. Amerika memanfaatkan masa pemerintahan Yushchenko untuk mempercepat pengintegrasian antara Ukraina dengan barat. Selama masa jabatannya, Yushchenko mengancam akan mengusir armada laut hitam Rusia dari Sevastopol setelah masa sewa militer Rusia berakhir tahun 2017. Yushchenko tidak menyembunyikan keinginannya menggabungkan Ukraina secara total dalam lembaga-lembaga semisal Uni Eropa dan NATO. Kiev telah memasuki berbagai perundingan atas kesepakatan kemitraan dengan Uni Eropa. Ia meminta rencana kerja untuk keanggotaan Ukraina di NATO. Akan tetapi usaha ini gagal ketika orangnya Rusia berhasil sampai ke tampuk kekuasaan yaitu Yanukovych.

Meski demikian, Amerika terus menekan Ukraina agar tidak bergabung ke persatuan kepabeanan Rusia dan sebaliknya mendorong untuk bergabung ke Uni Eropa. Sebab hal itu akan memasukkan Ukraina dalam daerah barat dan membuka jalan masa depan untuk memasukkan Ukraina di NATO. Dan berikutnya membuka jalan bagi hegemoni Amerika terhadap Ukraina dan membatasi pengaruh Rusia di sana, bahkan mengadakan ring terhadap Rusia dari sisi Eropa timur.

Amerika fokus dalam menarik Ukraina pada aspek militer dengan menyertakan Ukraina dalam manuver militer dan tujuan finalnya adalah memasukan Ukraina ke dalam NATO. Telah dilakukan manuver militer NATO di laut Hitam pada 14 Juli 2010 dan berlangsung hingga 26 Juli 2010 dan Ukraina diikutsertakan di dalam manuver itu. Hal itu dilakukan hanya beberapa bulan setelah pemilihan Yanukovych dan ketika hubungannya dengan Rusia sedang berada di puncaknya. Meski, Rusia memprotes manuver militer itu melalui pernyataan menteri luar negeri dalam pernyataannya: “Tabiat manuver itu dan upaya memaparkannya sebagai anti Rusia dan partisipasi negara-negara yang bukan dari kawasan tersebut memicu berbagai pertanyaan dan beberapa kekhawatiran. Demikian juga kebijakan Ukraina yang ditujukan untuk mempercepat penggabungannya ke NATO tidak berkontribusi dalam menguatkan hubungan bertetangga yang baik” (situs radio Iran, 19/7/2010). Demikian juga dilakukan manuver laut bersama Amerika Ukraina pada 13 Juni 2011 untuk angkatan laut Ukraina di laut Hitam. Begitu pula “Rusia mengungkapkan ketidaksenangannya dalam pernyataan yang dikeluarkan oleh kementrian luar negeri Rusia dan menganggap langkah ini sebagai ancaman langsung untuk keamanan nasional Rusia” (Al-arabiya, 12/6/2011).

4. Dari semua itu kita bisa pahami bahwa Yanukovych tidak memutuskan hubungan dengan Rusia dan loyalitasnya kepada Rusia. Akan tetapi dia tidak bisa memenuhi semua permintaan Rusia disebabkan tekanan dalam negeri dan luar negeri dan karena ambisinya untuk berhasil dalam pemilu tahun 2015. Rusia memahami hal itu. Maka yang lebih baik bagi Rusia adalah tetap mempertahankan Yanukovych dari pada akhirnya yang datang ke kekuasaan Ukraina adalah orang yang loyal kepada barat dan akan bekerja menjauh dari Rusia mengarah kepada barat yang akan membahayakan kepentingan Rusia. Akan tetapi Yanukovych tidak akan jauh dalam hubungannya dengan barat di mana dia tidak akan menghentikan loyalitasnya kepada Rusia, khususnya bahwa pangkalan populer Yanukovych adalah orang-orang yang mendukungnya untuk berorientasi ke arah Rusia, sehingga ia tidak bisa mengabaikan hal itu. Akan tetapi Yanukovych akan tetap bekerja untuk menyenangkan barat dan membuka diri terhadap barat serta merealisasi kepentingannya bersama barat. Dan Rusia bisa memahami hal itu dan tidak akan banyak menguatkan cengkeramannya terhadap Yanukovych, akan tetapi juga tidak melonggarkan tali untuk Yanukovych hingga dia tidak akan terlepas dari tangan Rusia. [KRSK]

13 Rajab 1434
23 Mei 2013

Tidak ada komentar: