Minggu, 21 April 2013

Berpikir Tentang (ke)Hidup(an)

Kehidupan di Bumi

Manusia —meskipun memiliki pemahaman yang sangat tajam, ilmu yang luas, cita-cita yang tinggi, niat yang tulus, dan memiliki wawasan yang jauh ke depan— pasti menjadikan bumi dan segala sesuatu yang terkait dengan bumi sebagai sarana untuk kehidupan dan kelangsungan hidupnya.

Bumi adalah satu-satunya planet (al kaukab) dalam tata surya (al nidzam al syamsy) yang layak untuk dijadikan tempat hidup, sedangkan planet Merkurius, Venus, Mars, Yupiter, Saturnus, Uranus, Neptunus dan Pluto tidak layak. Kajian dan penelitian yang dilakukan sampai saat ini, menetapkan bahwa kondisi yang memungkinkan untuk kehidupan manusia hanyalah planet bumi. Bumi memiliki panas dan dingin, kelembaban udara dan cuaca yang sesuai, sedangkan planet-planet lain tidak sesuai. Sejak akhir abad-19 sampai sekarang, planet Mars menjadi perdebatan sengit yang tidak ada habis-habisnya, untuk digunakan sebagai tempat kehidupan. Satu pendapat menyatakan bahwa memungkinkan manusia dapat hidup di planet Mars dan pendapat lain menyatakan tidak mungkin manusia hidup di sana. Kenyataannya, tanaman hanya terdapat di bumi. Penelitian terus dilakukan yang menghabiskan dana begitu besar dan peralatan canggih seperti teleskop raksasa, pemotretan udara, satelit dan spektroskopi. Para Ilmuwan berkeyakinan bahwa Mars tidak layak untuk kehidupan, dibuktikan dengan mengamati kondisi Mars. Mars berevolusi mengelilingi matahari dengan periode 687 hari, dengan jarak 142 juta mil. Pada siang hari panasnya sangat ekstrem, dan panasnya akan turun pada malam hari hingga dingin ekstrem, yakni 70 derajat di bawah nol —cukup untuk membekukan gas karbon monoksida menjadi es kering. Permukaannya berupa daratan, dan tidak ditemukan air. Menurut pendapat yang paling kuat, tidak diketemukan adanya air pada planet Mars. Udaranya tersusun dari gas yang lebih berat dari oksigen. Gaya gravitasinya (al jadzibiyyah) hanya sepertiga dari gravitasi bumi, sehingga tidak cukup untuk menjaga oksigen di atmosfernya.

Karakteristik yang menjadikan bumi layak untuk tempat kehidupan —satu-satunya dalam sistem tata surya— adalah kerapatannya yang paling besar di dalam sistem tata surya, bahkan kerapannya lebih besar dibanding matahari. Matahari memiliki seperempat kepadatan (al katsafah) bumi, ini menjadikan massa jenis (al tsiqal al nau’i) materi matahari lebih ringan dibanding massa jenis bumi. Terlebih lagi, bumi berotasi pada porosnya (al daur haula nafsiha), yang menyebabkan waktu siang dan malam seimbang. Waktu tersebut adalah waktu yang tepat untuk aktivitas dan istirahat manusia. Bumi berevolusi mengitari matahari (al daur haula al syamsy) kurang lebih 365,25 hari mengakibatkan adanya empat musim yaitu, dingin (winter), semi (spring), panas (summer), dan gugur (autumn) yang masing-masing memilii karakteristik yang membantu keberlangsungan hidup.

Para ilmuan berkata: jika volume (al hajmu) bumi —yang ukurannya lebih kecil dari matahari 1,3.106 kali— massa (al waznu) bumi —yang ukuran massanya lebih kecil dari matahari 3,32 105 kali— dan kerapatan bumi berubah menjadi lebih besar atau lebih kecil dari ukuranya semula, niscaya kehidupan akan kacau, berubah dan berdampak sangat buruk. Volumenya selaras dengan kecepatan dan rotasinya, massa selaras dengan gaya gravitasinya. Kalau saja volume bertambah atau berkurang, maka kecepatan dan waktu juga akan berubah, sama halnya jika gravitasinya berkurang maka oksigen akan segera lenyap. Kalau saja rotasi (evolusi) bertambah cepat atau semakin lambat, misalnya 100 mil/jam, maka lamanya siang akan menjadi 120 jam, konsekuensinya tanaman-tanaman akan terbakar oleh teriknya matahari, dan akan layu karena kedinginan pada malam hari. Untunglah, kecepatan bumi selalu konstan, tidak mengalami perubahan meskipun hanya sekali sejak beribu-ribu tahun yang lalu. Masalah gravitasinya sama dengan kecepatan. Jika tidak terdapat gravitasi yang mengikat benda di bumi dan tidak ada interaksi antara gaya gravitasi dari pusat bumi dan benda-benda, maka kita akan lenyap tak berbekas, segala sesuatu yang ada di permukaan bumi akan terbang berhamburan, termasuk gunung-gunung.

Itulah sebagian karakteristik-karakteristik bumi, yang telah diciptakan dengan penciptaan yang agung, kekokohannya yang menakjubkan, keserasian yang sangat dinamis sehingga bumi menjadi satu-satunya tempat yang layak untuk hidup, bukan planet-planet yang lain di tata surya ini.

Selama kita di bumi, maka kita wajib memikirkan masa depan bumi dan hal-hal yang menyebabkan kehancurannya? Sesungguhnya lestarinya bumi tergantung pada matahari. Telah banyak bukti dari pakar astronomi dan astrofisika bahwa fenomena kehidupan di permukaan bumi bergantung —selain energi nuklir (al thaqah al nawawiyah)— pada suplai energi matahari. Meskipun energi tersebut diambil sedikit saja oleh bumi, tetapi itu sudah mencukupi. Energi tersebut adalah rahasia kehidupan yang tiada gantinya. Dengan energi itu air dapat menguap, udara dapat bergerak dan menyebabkan terjadinya proses fotosintesis (al tarkib al dlau’iy), baik di daratan maupun di laut, sehingga dihasilkan penopang (makanan) bagi kehidupan di bumi. Para ilmuwan telah mengetahui panas permukaan dan inti matahari, reaksi yang terjadi di dalamnya dan panas yang diradiasikan, yang disimpulkan bahwa matahari memancarkan radiasi secara terus-menerus —energi yang mengenai bumi cukup untuk membangkitkan kegairahan kehidupan— sampai pada batas yang dikehendaki Allah SWT untuk memadamkannya. Kelestariannya tidak mungkin dibatasi dalam kurun waktu tertentu.

Apakah mungkin matahari keluar dari sistem yang telah ditetapkan yang diakibatkan karena tabrakan antara matahari dengan benda-benda angkasa lainnya? Kemungkinan ini jauh sekali terjadi, karena jauhnya jarak yang memisahkan antara bintang satu dengan yang lain dalam galaksi (al majra’) ini. Bintang terdekat dengan matahari terpisah 1,24 tahun cahaya (al sanah al dlau’iyyah). Kemungkinan yang menjadikan matahari melenceng dari aturan yang teratur ialah fenomena ledakan (al infijar), yang akan mengubah bintang menjadi bintang baru, yang dikenal dengan bintang raksasa baru (al nujum al jadidah Al dhakham). Dalam sejarah ilmu astronomi memang ada indikasi untuk mengamati bintang yang meledak dengan cara ini. Ketika hal itu terjadi pada bintang, maka gravitasinya akan meningkat menjadi sangat besar. Jika matahari dalam keadaan seperti ini bumi dan seluruh isinya akan tersedot oleh gravitasi matahari. Menurut perhitungan, kemungkinan terjadinya kejadian ini sangat kecil. Hanya saja, perhitungan dan perkiraan ini tidak pasti benar dan bisa saja meleset. Dan, jika hal itu terjadi, dampaknya akan sangat buruk bagi kita dan segala sesuatu yang ada.

Meskipun keterkaitan bumi dengan matahari menjadikan kondisi terkendali dalam waktu yang lama, bukan berarti kondisi permukaan bumi selalu tetap dalam keadaannya. Dalam sejarah geologi bumi, ada indikasi perubahan yang tidak kecil dalam bentuk kulit bumi, distribusi air, derajat kekeringan di muka bumi dan perbedaan derajat kelembaban (kadar air) di udara. Waktu terus berlalu, es yang membeku bergerak dari kutub utara ke selatan. Jika terjadi penurunan panas bumi sampai beberapa ratus derajat dan berlangsung lama, akan terjadi pembekuan yang menutup sebagian besar daerah kutub utara (terjadi jaman es baru = al ‘ashru al jalidy al jadid). Sebaliknya, jika terjadi kenaikan temperatur atmosfer (al ghilaf al hawa’iy) bumi akan mengakibatkan mencairnya es di dua kutub. Kondisi ini akan menaikkan permukaan air laut (al bahru) dan samudera (al muhithat). Kenaikan sampai 50–60 kaki akan menenggelamkan kota-kota di pesisir pantai yang tinggi permukaannya di bawah permukaan air laut.

Meskipun terdapat kemungkinan terjadinya perubahan permukaan bumi (suthi al ardhi), namun hal itu tidak secara mendadak. Kejadian itu sesuai dengan hukum alam yang ada. Bila kita merenungkan bentuk planet yang kita diami, susunan struktur dan unsurnya, dan penyangga kehidupan sampai terpuaskan, maka kita akan mendapatkan bukti-bukti yang jelas bahwa segala sesuatu terjadi adalah karena adanya kehendak Yang Maha Bijaksana dan Yang Maha Kuasa. Dia telah memperlihatkan keserasian ciptaan-Nya, sampai batas yang mengagumkan.

Air Dan Kehidupan

“Semua yang hidup, pasti berasal dari air.” Ungkapan ini merupakan suatu kepastian yang tidak mungkin keliru, dan tidak akan pernah berubah. Makhluk hidup, dari yang paling kecil hingga yang paling besar, eksistensi dan kehidupannya membutuhkan air. Penelitian terhadap sel (al khaliyyah) dengan menggunakan mikroskop (al mujhir al dlau’iy) akan terlihat adanya substansi cair yang bergerak secara kontinyu. Substansi tersebut tak hanya terdapat di dalam inti sel (nucleus), tetapi juga di luar inti sel. Substansi ini adalah protoplasma (jabalah) atau substansi dasar kehidupan. Kajian kimia organik (al kimiya’ al hayatiyah) telah mengantarkan pada pemahaman bahwa di dalam protoplasma terdapat bermacam-macam unsur kimia, yang bergabung untuk membuat ikatan-ikatan senyawa dan berinteraksi untuk membuat bangunan molekul kompleks. Air adalah senyawa terpenting dan terbanyak sebagai penyusun protoplasma dengan prosentase 70% – 90%.

Bukan hanya sel, bahkan seluruh fenomena kehidupan sangat membutuhkan air untuk kelangsungan hidupnya. Air menguap akibat energi sinar matahari (al thaqah al isy’a al syamsy). Uap air tersebut bergerak naik ke udara yang kemudian mengalami penurunan suhu. Pada ketinggian tertentu uap air mengalami kondensasi (pengembunan), uap air berubah menjadi embun. Embun inilah yang akhirnya menjadi hujan. Sebagian air hujan meresap ke dalam tanah menjadi air tanah. Air tanah tersebut dapat keluar secara alamiah pada permukaan bumi berupa mata air dan dapat terpancar dalam bentuk sumur bor artetis (aabaar artawaziyah). Sesudah dimanfaatkan untuk keperluan hidup manusia, air akan kembali lagi ke laut dan samudera. Air menutup permukaan bumi hingga + 2/3 dari luas permukaan bumi. Demikianlah proses penguapan dan proses kembalinya air, yang menghasilkan siklus hidrologi (al daurah al ma’iyah) di permukaan bumi. Jika tidak ada distribusi air di seluruh benua (al qaarah), dan di antara jarak yang membentang jauh, maka aktivitas penguapan tidak akan terjadi, dan bumi akan mengalami krisis air.

Di samping aktivitas penguapan tersebut, terdapat sumber air lain yaitu tumbuh-tumbuhan. Tumbuh-tumbuhan mempunyai peranan penting untuk melepaskan jumlah uap air yang besar ke udara, contohnya adalah jagung yang setiap hektarnya mampu melepaskan 4000 galon (1 galon = 4 liter) air tiap hari.

Rasa air hujan atau air dari sumber mata air adalah tawar (al ‘adzbu) tetapi jika mengalir ke laut dan samudera, bercampur dengan air laut rasanya menjadi asin (maalihah). Pelajaran yang dapat diambil proses ini adalah jika air laut dan samudera menjadi tawar, maka akan memusnahkan binatang-binatang yang hidup di sana. Agar tidak terjadi kerusakan dan laut tetap dipenuhi dengan ikan —yang merupakan makanan konsumsi utama manusia, bahkan merupakan cadangan makanan yang paling besar— sampai bertahun-tahun, maka air laut dan samudera asin. Renungkanlah!

Tidak hanya itu, berlayarnya kapal di permukaan air dan bergeraknya ikan serta hewan-hewan di dalamnya, oleh para ilmuwan disimpulkan keduanya diakibatkan adanya hukum archimedes, yakni benda yang dicelupkan pada fluida (benda cair) akan mendapat gaya ke atas sebanding dengan berat fluida yang didesak oleh volume benda tersebut. Jika massa jenis benda melebihi massa jenis fluida, benda akan tenggelam, dan jika massa jenis benda lebih kecil, benda akan terapung. Inilah hukum yang membuat ikan-ikan mampu berenang di dalam lautan, dan kapal-kapal besar yang terbuat dari besi yang memuat benda-benda berat dapat bergerak di permukaannya. Dengan perencanaan yang matang dan perhitungan yang detail, kapal-kapal dapat berlayar di laut dan tidak tenggelam.

Hal lain yang berpengaruh dalam distribusi air di permukaan bumi adalah keberadaan gunung. Kalau tidak ada gunung, maka tidak akan ada mata air dan sungai-sungai yang mengalir, yang dapat dimanfaatkan untuk minuman dan untuk irigasi. Jika seluruh permukaan bumi adalah hamparan yang rendah atau datar, maka air hujan yang jatuh dari awan akan menggenangi daerah-daerah rendah atau banjir bah besar. Irigasi alam akan rusak, bahkan akan mengacaukan aktivitas hujan itu sendiri. Adanya gunung yang menjulang tinggi dan jurang yang rendah dan hamparan-hamparan tanah telah menjaga kestabilan air tanah. Bukankah itu sangat mengagumkan?

Yang sangat mengherankan adalah adalah proses penyusunan molekul air. Air tersusun dari oksigen dan hidrogen. Kedua unsur tersebut tidak akan bereaksi dalam suhu yang tinggi atau rendah. Dan mengapa air hanya cocok dengan bumi kita ini, bukan dengan planet-planet yang lain, sehingga suhu panas bumi sesuai untuk reaksi dua unsur ini untuk membentuk air, air adalah asal kehidupan? Sesungguhnya reaksi penyatuan unsur-unsur penyusun air tak sempurna kecuali dangan “hukum” yang pasti. Salah satu hukum itu adalah jumlah elektron (iliktrunaat) valensi pada atom (al dzarrah) jumlahnya harus delapan. Unsur tidak akan bereaksi dengan unsur yang lain, kecuali jika jumlah elektron valensi unsur-unsur tersebut akan membentuk jumlah yang sama dengan jumlah elektron valensi stabil. Demikianlah, unsur oksigen bereaksi dengan hidrogen dan menyatu membentuk molekul air. Molekul inilah sebagai penopang kehidupan setiap benda-benda biotik di bumi ini.


Udara dan Kehidupan

Telah saya sampaikan tentang rahasia proses pembentukan air, selanjutnya adalah proses penyusunan udara. Udara tersusun dari Oksigen (21%), Nitrogen (78%) dan 1% gas-gas yang lain. Oksigen adalah unsur yang sangat aktif dan bereaksi secara cepat dengan unsur-unsur lainnya dalam proses kimia yang dinamakan oksidasi. Salah satu karakteristiknya adalah mudah menguap dari udara atau terserap oleh bumi. Mengapa udara tidak menguap seluruhnya dari bumi seperti pada planet-planet yang lain? Dan, mengapa tidak terserap seluruhnya oleh bumi? Mengapa yang tertinggal di udara hanya 21 % saja, tidak lebih dan tidak kurang, sehingga cocok bagi kehidupan makhluk biotik? Jika jumlah oksigen bertambah, maka tanaman-tanaman dan hutan-hutan kita akan terbakar. Sebaliknya, jika oksigen berkurang, maka kita akan tercekik karena tidak dapat bernafas. Tetapi, hal itu tidak terjadi, karena perbandingan jumlah oksigen di udara selalu tetap, seiring dengan silih bergantinya malam dan siang untuk sepanjang masa. Apakah kita mampu membuka tabir rahasia ini?

Tidak hanya manusia yang membutuhkan udara dalam kehidupan ini, tetapi seluruh makhluk hidup di muka bumi ini membutuhkannya. Lantas, mengapa udara tidak habis? Bagaimana unsur-unsurnya mampu memperbaharui dirinya sendiri, padahal kita dan seluruh kehidupan selalu merusaknya, dan kehidupan terus berlangsung? Inilah yang akan kita kaji dalam membahas ‘rahasia daun hijau’.

Dunia Tanaman

Kita ketahui bahwa makhluk hidup yang hidup pertama di bumi adalah tumbuh-tumbuhan, kemudian hewan. Hikmah di balik itu adalah agar makhluk hidup dapat memperoleh makanan dari tumbuh-tumbuhan.

Yang menjadi pertanyaan: apakah tumbuh-tumbuhan itu? Bagaimana hidupnya? Apakah tumbuh-tumbuhan mempunyai indra, seperti pada manusia dan hewan? Jawabnya, tumbuh-tumbuhan adalah makhluk hidup, yang fenomena kehidupannya tampak seperti pada hewan. Tumbuhan tersusun dari sel (al khaliyyah), yang merupakan unit struktur makhluk hidup. Tumbuhan ada yang bersel satu (uniseluler) dan ada yang bersel banyak (multiseluler). Pada tumbuhan tingkat tinggi (al nabaataat al raaqiyah), sel-selnya terorganisir menjadi berbagai macam jaringan (ansijah). Jaringan adalah sekumpulan sel yang mempunyai bentuk dan fungsi sama.

Kebanyakan tumbuhan mengandung plastida yang di dalamnya terdapat zat hijau daun (klorofil). Dengan bantuan sinar matahari (al thaqah al dlau’iyyah) tumbuhan mampu berfotosintesis untuk memproduksi makanannya (berupa karbohidrat, protein, dan lemak) dari air dan karbon dioksida.

Para pakar biologi mengklasifikasikan tumbuhan dalam beberapa takson, yaitu: regnum, divisio, classis, ordo, familia, genus dan spesies.

Kita ambil contoh dari sebagian tanaman, sehingga diketahui karakteristiknya secara jelas. Tumbuhan paling kecil adalah virus dan bakteri (schizoycophyta), yang ukurannya antara 0,02 – 0,3 mikron (1 mikron = 10-6m). Virus dapat hidup dengan mengkristal pada benda-benda padat, dan bila virus berada di dalam tubuh organisme ia mampu berduplikasi (al takatsur). Ada bermacam-macam bakteri, salah satunya adalah azotobacter yang mampu mengubah nitrogen bebas di udara menjadi zat yang sangat bermanfaat. Louis Pasteur (1822 –1895) adalah ilmuwan yang mengungkap bahwa bakteri berbahaya dapat dibunuh dengan cara pemanasan.

Di antara jenis-jenis jamur (mycophyta), ada yang dinamakan ascomycotina (al fithriyyat al zuqqiyyah) yang di dalamnya terdapat jamur penicillium (al ‘afan al akhdlar). Alexander Flemming telah berhasil mengekstraksi materi penisilin sebagai antibiotik.

Di antara tumbuhan ada yang bernama tumbuhan paku (pteridophyta). Tumbuhan paku tumbuh bersama konifer, lepidodendron dan sigillaria yang mati tertimbun dan lapuk di dalam tanah, dan bila telah mengeras dalam kurun waktu yang sangat lama akan menjadi batu bara (al fahmu al hajari).

Salah satu karakteristik tumbuhan adalah kemampuannya untuk beradaptasi (al tahawwur), yang memungkinkan tumbuhan mampu menarik dan memburu serangga (al hasarat) untuk dijadikan makanan guna kelangsungan hidupnya. Contohnya: tumbuhan kantong semar (shaid al dzubab) yang hidup di daerah yang kandungan nitrogennya sedikit —nitrogen tersebut adalah untuk membentuk protein. Untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya, tumbuhan ini memburu serangga, caranya: pada permukaan atas daunnya terdapat zat kimia tertentu —dengan bau yang merangsang serangga— sehingga serangga tertarik untuk hinggap. Karena pengaruh zat kimia tersebut serangga mati, dan terurai menjadi bahan makanan tumbuhan tersebut.

Penelitian ilmiah menyimpulkan bahwa tumbuh-tumbuhan dapat berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya dan mampu meresponsnya. Alunan musik dapat direspons tumbuhan. Musik pelan dan berirama lembut akan membahagiakannya, sementara hentakan musik keras yang mengejutkan akan mengguncangnya. Wujud kebahagiaan dan kesengsaraannya tampak pada keteraturan atau penyimpangan aktivitas-aktivitas kehidupnya; berbuah dan berbunga atau layu dan mati. Bukti paling jelas adalah penampakan tumbuh-tumbuhan yang berbeda secara diametral pada waktu musim bunga (spring) dengan musim gugur (autumn). Perbedaan ini hanya terjadi pada situasi kehidupan (al dzuruf al hayawiyah) di sekitarnya. Pada musim gugur dan musim dingin tumbuhan tampak sedih karena harus melepaskan bunga dan buahnya. Sedangkan pada musim bunga dan musim panas, dia bercahaya, berbahagia, dan bersorak-sorai dengan tampak cantik dan hijau; menyebarkan senyuman, keelokan dan semerbak wangi-wangian siang dan malam.

Keajaiban dunia tumbuh-tumbuhan ialah cara berinteraksi dengan manusia yang terkadang tersembunyi, dan terkadang tampak jelas. Misalnya, jika seseorang berkebun dengan membawa tongkat dan peralatan, kemudian ia beristirahat sambil memain-mainkan bunga dan tanaman seolah tak bernilai. Respons yang diberikan oleh tumbuh-tumbuhan akan berbeda dengan respons terhadap orang yang datang karena mencintainya. Seseorang datang dengan kasih sayang pada tumbuhan, memotong ranting-rantingnya, membuang tanaman gulma di sekitarnya, menyiram dan memupuknya, tanaman pun akan merespons dengan kasih sayang pula.

Juga, ketika orang duduk dan bermain-main dengan tanaman, berbicara dengan alunan yang tenang dan lembut, maka tanaman akan memahami dan meresponsnya dengan lembut. Orang akan mengetahui respons tanaman melalui gerakan-gerakan pada akar dan ranting-rantingnya. Kajian dan pembahasan yang dilakukan terus-menerus terhadap objek ini, akan semakin membuka rahasia hakikat perasaan (indra) tanaman, belas kasihnya, derajat cintanya, sebab-sebab perasanya (indranya), dan penampakan-penampakannya. Apakah kita mengetahui, bahwa perasaan cinta bukan hanya milik manusia, tetapi tumbuh-tumbuhan juga memiliki cinta?

Setelah keajaiban-keajaiban dunia tumbuh-tumbuhan tersingkap akal manusia akan tercengang, dan rahasia tumbuhan yang belum tersingkap akan membingungkannya. Hingga saat ini, orang awam tidak akan mampu memahami rahasia yang tersembunyi dalam hijau daun. Daun kecil nan lembut, yang hampir tidak dapat kita menyentuhnya, terkadang kita memandangnya sebagai sesuatu yang hina, yang tidak mengagumkan dan tidak terlintas dalam pikiran kita. Tetapi, para ilmuwan telah membuka tabirnya, bahwa hijau daun melakukan aktivitas yang luar biasa, dan jika tidak ada daun yang nampaknya hina, kehidupan di bumi ini tidak akan lestari.

Rahasia Hijau Daun (Klorofil)

Telah diungkapkan ketika membahas pemikiran mendalam, pada contoh daun kismis yang diteliti di laboratorium yang mampu memberikan penilaian terhadapnya. Kemudian disimpulkan bahwa penilaian tersebut merupakan penilaian yang mendalam.

Selanjutnya, kita akan memperdalam kajian tentang sesuatu yang telah dikaji dalam laboratorium, bahwa sesungguhnya daun hijau yang tipis melakukan aktivitas yang menakjubkan, dan aktivitas inilah yang menyebabkan efek yang sangat penting bagi kehidupan.

Sampai saat ini di kalangan ilmuwan, interaksi antara energi matahari (al thaqah al syams) yang terwujud dalam cahayanya dengan biji hijau pada daun (klorofil), dan kulit tumbuh-tumbuhan (lenti sel) serta pada kehidupan-kehidupan laut masih menjadi misteri yang belum terkuak. Hal ini karena dalam daun hijau, seperti daun tanaman kusi (jenis sayuran) dan pohon anggur atau daun semua tanaman dan pohon yang lain, terjadi fotosintesis (al tarkib al dlau’i) ketika terkena cahaya matahari. Bagaimana proses terjadinya? Misteri fotosintesis selalu menantang para ilmuwan untuk melakukan riset ilmiah di laboratorium, meskipun hanya mampu memahami sebagian aspek.

Pada daun hijau terdapat dua lapis jaringan, yang pertama jaringan kulit luar (epidermis) atas dan kedua lapisan epidermis pada permukaan bawah. Pada lapisan bawah terdapat mulut daun (stomata), yang terdapat dua jaringan penjaga. Jaringan ini bisa membuka dan menutup karena perubahan bentuknya. Stomata inilah yang mengatur pergantian antara bagian dalam daun dan udara luar. Lewat stomata, masuk CO2 (karbon dioksida) dan keluar O2 (oksigen). Jaringan di antara epidermis atas dan bawah terdapat dua lapisan:

Bagian atas tersusun dari jaringan-jaringan tiang (Palisade Parenkim), yang tersusun rapi seperti batu pada tembok. Batu-batu ini (jaringan ini) menjadikan daun hijau mempunyai kekuatan dan kemampuan untuk melakukan proses fotosintesis.

Bagian bawah tersusun dari jaringan bunga karang (Spons Parenkim). Berbeda dengan jaringan bagian atas, jaringan ini tidak banyak terdapat rongga udara di antaranya.

Dari dua lapis jaringan tersebut tersusun seluruh jaringan yang menjaga stomata (mulut daun).

Di dalam jaringan-jaringan tersusun daun dan jaringannya, yang menjadikan adanya fotosintesis, karena bangunan (susunan) tumbuhan dan makanannya dari karbon yang diambil tumbuh-tumbuhan dari gas karbon dioksida yang telah diuraikan menjadi unsur-unsurnya, yaitu karbon dan oksigen. Oksigen dilepas dan karbon diambil, kemudian dialirkan melalui air yang diserap akar dan dahannya. Dari sinilah tumbuh-tumbuhan membangun strukturnya dan buah. Telah ditemukan oleh para ilmuwan cara tumbuh-tumbuhan menguraikan karbon dioksida menjadi unsur-unsurnya. Penguraian ini dihasilkan dari proses kimia yang menakjubkan di antara materi hijau di dalam sel daun, yang dinamakan klorofil (yakhdlur) dengan bantuan sinar matahari. Proses tersebut dinamakan proses fotosintesis, yakni proses alami yang akan berakhir pada penyusunan makanan dasar pada tumbuhan hijau, unsur utamanya adalah klorofil —yang dikatakan ada dua bentuk yang dikenal dengan klorofil A dan klorofil B. Dalam klorofil ini terdapat kemampuan untuk menyerap energi matahari yang kemudian terjadi proses berantai yang melibatkan air dan karbon dioksida. Proses ini berakhir dengan terbentuknya gula glukosa dan melepas enam bagian oksigen.

Pada daun hijau terdapat pembuluh (al ‘uruq) yang mengandung jaringan pengangkut (al ansaj al muwassilah), yang terdapat pada daun antara bagian atas dan bawah. Pembuluh ini mengangukut air dan zat-zat terlarut ke daun atau tumbuhan (pembuluh xylem) atau mengangkut makanan hasil fotosintesis (pembuluh floem). Pada siang hari karobon dioksida masuk ke daun lewat stomata (mulut daun) dan terjadilah proses fotosintesis. Adapun oksigen yang dihasilkan dari proses ini digunakan oleh tumbuhan sendiri untuk bernafas dan sebagian lagi keluar lewat stomata ke udara untuk mem-freshkan udara.

Jadi, tumbuhan hijau di siang hari mengambil karbon dioksida dan melepaskan oksigen, sedangkan di malam hari —ketika tidak ada cahaya matahari— proses fotosintesis berhenti, tetapi pernafasannya tetap berlangsung, tumbuhan hijau mengambil oksigen dan melepaskan karbon dioksida, kebalikan yang dilakukan pada siang hari. Menurut pakar fotosintesis tumbuhan setiap tahun membutuhkan 150 jutar ton karbon dan 25 juta ton hidrogen, serta melepas 400 juta ton oksigen. Demikianlah kehidupan tumbuh-tumbuhan dan makanannya bergantung pada karbon yang diperoleh dari karbon dioksida, dan karbon dioksida diperoleh dari pengabungan karbon dan oksigen dengan reaksi pembakaran (al ‘amaliyah al ihtiraq). Manusia yang melakukan aktivitas pembakaran, ada kalanya dengan pernafasannya atau dengan emisi gas dan uap dari alat-alat dan sarana-sarana industri. Tumbuhan mengambil CO2 tersebut lalu menguraikan dan mengambil karbonnya, kemudian mengeluarkan oksigen kepada kita sehingga kita bisa menghirup udara yang bersih. Proses timbal balik yang sempurna, antara dunia manusia dan dunia tumbuhan, selalu memperbaharui kelangsungan kehidupan di bumi setiap saat.

Hal ini berarti bahwa CO2 merupakan racun bagi manusia, dan bagi tumbuhan merupakan sumber makanannya. Inilah salah satu keajaiban struktur alam yang mengandung dua hal yang bertentangan. Pada satu keadaan merupakan sumber kehidupan, sementara pada keadaan yang lain merupakan sumber kematian. Misteri apakah alam ini?

Dunia Hewan

Sejarah di bumi diisi oleh sejarah interaksi antara bermacam-macam bentuk kehidupan dan antara sesuatu yang meliputinya, yakni lingkungan tempat hidup. Lingkungan adalah unsur dasar yang mempengaruhi perkembangan bentuk kehidupan, baik hewan maupun tumbuh-tumbuhan pada masa perkembangannya.

Untuk membuktikan sekumpulan kehidupan yang saling mempengaruhi, cara berinteraksi, dan berhubungan dengan benda-benda abiotik dapat kita contohkan pada kehidupan hutan Sonaubar. Pohon sonaubar adalah satu dari sekelompok jenis kehidupan di hutan Sonaubar yang akarnya menancap di tanah, hidupnya bersama dengan jenis cendawan, ujung akarnya seperti pohon-pohon kecil yang berguna untuk merusak pohon yang dihinggapinya sampai mati, sehingga muncul kehidupan-kehidupan kecil yang menguraikan bangkai pohon menjadi materi awal tumbuhnya tanaman. Tumbuhnya pohon kecil di tanah karena dibawa angin dan air. Sedangkan di atas tanah, batang pohon sonaubar menyibak berbagai macam pohon-pohon kecil dan hewan yang mencari makanan dari pecah-pecahan buah. Dahan dan daunya (jarum sonaubar) merupakan bagian lain dari dunia pepohonan.

Burung elang (al ‘uqab) membangun sarangnya, burung-burung (jenis maslab) mengoyak kulit buah (kizan) dengan paruhnya untuk mengeluarkan benih. Kemudian datang lagi burung yang lain untuk mengambil alih, lalu datang bajing untuk memakan buah meskipun caranya bebeda dengan burung. Al khazzu memimpinnya untuk memburu tupai. Kemudian daun sonaubar jatuh ke bumi, menumpuk-numpuk hingga jadilah seperti tikar yang lembut (humus), untuk menjaga tanah dari abrasi, suhu dan kelembaban tanah.

Demikianlah, bahwa pohon sonaubar yang merupakan bagian dari hutan memiliki sistem yang khas. Hutan dengan populasinya (populasi adalah kumpulan individu) membentuk sistem yang lebih besar, yang dikenal dengan istilah komunitas (al wihdah al bi’iyah). Kumpulan komunitas membentuk “ekosistem” (al ghilaf al hayatiy). Misalnya, komunitas darat yang meliputi berbagai jenis kehidupan baik hewan maupun tumbuh-tumbuhan (flora dan fauna) yang banyak jumlahnya, mereka saling berinteraksi sehingga hampir-hampir menyatu dalam bentuknya, wataknya, tempatnya, dan tugas-tugasnya di dalam komunitasnya. Komunitas adalah sistem yang seimbang, teratur dan saling bersinggungan dalam proses interaksi antara satu kehidupan dengan yang lainnya. Penampakan fenomenanya adalah saling menarik dan tolak-menolak; menyusun dan menguraikan; hidup dan mati; hilang dan muncul. Kerusakan pada satu mata rantai akan mengacau dan merusak keseimbangan. Dan, oleh alam sendiri dengan aktivitas yang menakjubkan, akan mengembalikan pada keseimbangannya; mengganti kehidupan lama yang telah lenyap dengan kehidupan baru. Fenomena ini terjadi sejak dulu kala.

Hewan-hewan di dalam komunitasnya dengan berbagai macam jenis dan bentuknya, terbagi menjadi komunitas air dan darat; komunitas daerah panas, dingin, dan sedang. Juga, terbagi dalam komunitas air di samudra, laut dan sungai.

Eksistensi hewan dan daur hidupnya tunduk pada hukum rimba. Ini menunjukkan bahwa setiap hewan tunduk pada metode hidupnya, penjagaan eksistensinya dan tergabung bersama jenisnya.

Pengetahuan hewan di sini, bukan untuk memasuki dunia hewan yang lebih dalam seperti dalam zoologi. Juga, tidak membicarakan jenis hewan-hewan langka dan bentuk-bentuknya, serta tidak membicarakan bagaimana pembentukan jenisnya, penyusunan jaringan dan organnya; atau bagaimana hidupnya; dan bagaimana pengklasifikasian jenis-jenisnya. Pembicaraan hewan hanya sebagai contoh tentang karakteristik-karakteristik tertentu sebagian hewan, yang menarik keajaiban secara nyata.

Macan tutul (al fahd) adalah hewan tercepat di dunia, kecepatannya bisa mencapai 112 kilometer per jam. Akan tetapi dia tidak mampu menjaga kestabilan kecepatannya dalam waktu yang lama, karena dia akan capai dan itu bisa membuat ia sakit, bahkan kadang-kadang mengantarkan kematian.

Srigala (al dzi’bu) mempunyai perasaan kekeluargaan yang sulit dicari duanya. Individu-individu anggota keluarganya membuat hubungan yang kuat sekali. Manifestasi dari hubungan ini adalah saling menjaga satu dengan yang lain, dan bekerja sama untuk mengamankan makanan.

Beruang merah (al dubbu al asmar) pada musim dingin mengurung diri, dan makan lemak yang tersimpan dalam tubuhnya selama musim panas.

Badak (al karkaddan) mampu menelan makanan hingga 20 Kg rerumputan dan ranting-ranting, serta minum air hingga 100 liter dalam satu hari. Salah satu jenisnya adalah badak bercula satu (wahid al qarni) yang beratnya mencapai 4 ton, dan tinggi bahunya mencapai 2 meter. Berendam dalam lumpur beberapa jam tiap hari. Induk betina akan melahirkan anak beruang, setelah mengandung selama 19 bulan.

Unta (al jamal) memiliki karakteristik-karakteristik baik fisik dan fisiologi yang tahan hidup di daerah panas. Unta menyimpan materi-materi lemak di ponoknya, menyimpan air dalam jaringan tubuhnya dan beberapa kantong di perutnya, sehingga mampu berjalan jauh tanpa makan dan minum. Tubuhnya mengeluarkan garam dalam kadar yang sangat kecil, sehingga kadar garam dalam darahnya tetap. Jika sedang membawa beban, ia kehilangan 40 % air di tubuhnya dan pada saat tidak membawa beban manusia kehilangan lebih dari 12 % di tubuhnya, jika tidak demikian akan mengantarkan pada kematiannya.

Adapun anjing laut (al khinzir al barri), karakteristiknya yang khas adalah pandangannya lemah dan indra penciumannya kuat. Akan tetapi, karakteristiknya yang paling menonjol adalah dia memiliki kekuatan pertahanan yang tersembunyi. Senjatanya untuk menyerang dan bertahan adalah taringnya (anyab) yang runcing. Tidak ada hewan yang memiliki taring dan tanduk yang kekuatannya melebihi kekuatan taring anjing laut, sehingga jika pedang dan tumbak dihantamkan kepadanya maka akan patah. Dan, ketika kedua taringnya memanjang, kedua taring itu akan bertemu, maka anjing laut akan mati, karena dia tidak dapat makan. Salah satu jenis makanannya adalah ular. Ia makan ular banyak sekali, tanpa ada efek apapun dari bisa ular tersebut. Jika lapar tiga hari, kemudian makan, maka akan kenyang untuk dua hari. Inilah yang dilakukan oleh orang-orang yang sedang mendidik anjing laut. Jika sakit, kemudian makan kepiting (al sarathan) akan sembuh. Salah satu yang menakjubkan adalah kecerdikannya yang melampaui kecerdikan kancil (al tsa’lab). Dan, jika dijongkel salah satu matanya, anjing laut akan mati dengan cepat.

Mungkin, hewan yang paling besar adalah ikan paus (al huut). Ada yang memiliki panjang sampai 33 meter dan beratnya sampai 130 ton. Salah satu karakteristik ikan paus adalah tidak punya gigi, tetapi ada semacam tanduk (shafa’ih qarniyah) yang terhubung dengan rahang bagian atas. Makanannya adalah ikan-ikan yang masuk ke mulutnya bersama air, lalu ikan itu tertinggal setelah airnya mengalir lewat tanduknya. Perut paus yang besar, panjangnya sampai 26 meter, memuat sekitar 5 juta hewan-hewan kecil (al hayawan al qasriyah), yang beratnya sampai kurang lebih 2 ton. Induk betina melahirkan 1 paus kecil, setiap 2 tahun, yang panjangnya 6 meter. Induknya memisahkan susu yang kaya lemak untuk membantu paus kecil agar tumbuh dengan cepat.

Jika kita tinggalkan dunia hewan dengan tubuh yang besar dan berat, dan kita masuk pada dunia burung (al thuyur) dan serangga (al hasyarat), ketakjuban kita akan bertambah karena jenis ini terklasifikasi berdasarkan karakteristik-karakteristik fisiknya yang kita tidak mungkin mengetahuinya tanpa melakukan kajian yang rinci.

Kajian yang telah dilakukan menetapkan bahwa kelelawar (al khafafisy) kurang lebih ada 1000 jenis, semuanya dapat terbang. Kelelawar mempunyai insting malam (al thabaai’ al lailiyah), siang hari dihabiskan tidur bergantungan dengan kakinya. Sebagian jenisnya, ada yang hidup di daerah kutub utara. Sepanjang musim dingin, berada di dalam gua-gua dan bangunan-bangunan tua. Matanya rabun jika terkena sinar matahari, sehingga tidak dapat mengetahui jalan, maka kelelawar di siang hari menutup pelupuk matanya dan tidur di tempatnya. Pada malam hari adalah jalannya untuk mengais rizki. Sayapnya dinaikkan ketika hendak terbang, seakan-akan daun telinga yang tidak memiliki bulu dan ruas-ruas. Kelelawar memiliki dua sayap yang tidak tipis sehingga dapat di sobek, juga tidak tebal sehingga beratnya sedang. Dia terbang dan anaknya menempel dan berlindung padanya, sehingga anaknya ikut jatuh atau terbang tinggi tergantung pada induknya. Induknya tidak menyapihnya sampai anggota-anggota tubuhnya kuat dan mampu terbang sendiri, mengetahui jalan hidup dan kebaikan dirinya.

Burung yang diciptakan paling menakjubkan adalah burung merak (al thawuus). Dia seperti bunga ‘jana-juni’, yaitu bunga pada musim bunga atau seperti cincin yang memiliki warna perak yang dihiasi dengan intan. Berjalan seperti jalannya orang sombong dan penipu. Melebarkan ekor (al dzanb) dan sayapnya (al janah). Tertawa terbahak-bahak karena pakaian dan warna selempangnya yang indah. Jika bulunya yang indah terjatuh, akan tumbuh lagi berulang-ulang, seperti warna sebelumnya, tidak berubah sedikit pun dan warnanya tidak tumbuh di tempat yang bukan tempatnya semula.

Burung yang paling besar adalah burung onta (al na’amah), yang tinggi kepalanya bisa mencapai 3 meter dan beratnya mencapai 100 Kg. kecepatannya ketika berlari antara 40-50 Km/jam. Otot-otot yang kekar menggerakkan kedua kakinya yang tinggi, ujung kakinya hanya memiliki dua jari saja. Bobot telur burung onta sekitar 1600 gram. Induk jantan dan betina berganti-ganti mengeraminya dan menetas setelah 40 hari mampu berjalan.

Adapun dunia serangga, kita akan mendapatkan pembentukan masyarakat dan sistem-sistemnya, yang manusia tidak akan mampu menyamainya. Contoh yang paling jelas adalah masyarakat semut (al naml). Semut jenisnya lebih dari enam ribu. Semut-semut menyusun masyarakat (desa dan rumah semut) dengan pengaturan dan sistem yang sangat langka. Satu masyarakat tersusun dari satu ratu —mungkin ada beberapa ratu— dan beberapa puluhan hingga beberapa juta pembantu (betina yang mandul, yang tidak bersayap, sebagian lagi ada semut gadis yang bisa beranak). Keberadaan semut jantan dalam masyarakat semut sangat lemah, karena cepat sekali mati setelah berpisah (ifraq = menjadi laron). Ifraq ini biasanya terjadi pada awal musim gugur (al kharif), jantan dan betina keluar dari rumahnya (bersayap) dan terbang di udara, kemudian setelah turun lagi mulai kebuntingan.

Biasanya semut betina yang masih subur membentuk masyarakat baru. Setelah sayapnya lepas, dia akan menyendiri di dalam pekarangan atau di bawah batu. Mulailah ia mengandung telur. Kemudian, setelah itu memberi makan anak semut (yarqat) pertama yang keluar dari telur, tanpa kecuali akan menjadi pembantu (al ‘amil). Jantan dan betinanya tidak tampak kecuali setelah tahun ketiga atau keempat. Sarang (al aukar) semut berumur sangat lama, dan ada yang tetap dalam keadaan makmur lebih dari 40 tahun.

Salah satu aktivitas semut adalah para pembantu setelah kerja untuk meluaskan desanya dari dalam dan keluar untuk mencari makanan buat ratu dan yarqat serta mencari segala sesuatu yang berhubungan dengan kelestarian kehidupan dalam masyarakat baru. Ketika semut ratu mengandung, salah satu pelayan menungguinya, untuk memindahkan telur (jika telur itu telah keluar) ke ruangan khusus dalam istana desa semut. Pelayan mengurus yarqat dengan cara menjilati dan membersihkan kemudian memindahkan ke tempat lain yang lebih layak dan menyuapinya (memberi makan). Salah satu urusan semut adalah menghormati semut-semut gadis. Ketika pelayan mengurusinya, dia memindahkannya ke tingkat bawah istana desanya pada waktu sore, atau pada saat hujan, kemudian mengembalikan dan mengangkatnya ke tingkat atas pada waktu-waktu yang bagus dan pada waktu matahari bersinar terang.

Untuk menjaga ketersediaan makanan, berbagai jenis semut bersandar pada materi cair yang telah dipisahkan oleh berbagai serangga yang memberi anugrah (hasyarat al manni), yang tidak akan kekurangan akan materi yang gula (manis). Oleh karena itu, serangga ini tidak hanya menjaga dari sesuatu yang berbahaya, tetapi sebagian semut (hasyarat al manni) memimpin mereka. Sekitar sepuluh di antara mereka memindahkan sesuatu, ke desa atau rumah semut, dan ketika lingkunganya tidak sesuai, mereka mengembalikan di tempatnya.

Keanehan lain adalah ketika semut memproklamirkan peperangan di antara mereka. Semut-semut itu menggunakan senjata fisiknya (al aslihat al dzatiyah), yang dikatakan sebagai kekuatan lestari bagi semut, dan racun yang dipisahkan oleh gondok (beguk) di dalam perutnya. Kadang-kadang di tengah-tengah pertempuran semut pelayan pulang, dengan membawa jarahan-jarahan musuh kemudian jarahan tadi di tawan seperti budak. Termasuk hal yang menakjubkan adalah ketika perang begitu sengitnya mereka tidak tega memerangi semut-semut yang lemah karena lapar. Kemudian semut itu memberikan makanan kepada semut musuh sampai kenyang, setelah itu baru dimulai perang lagi.

Adapun perasaan semut, dari kajian sebagain ilmuwan menetapkan bahwa perasaan cinta semut melebihi derajat panas cinta manusia. Maurice Matrlink menyatakan dalam bukunya Dunia Semut, merupakan hal yang wajar jika tidak bisa hilang dari perhatian kita, bahwa seluruh aktivitas yang terjadi di dunia semut berada dalam naungan cinta. Sesungguhnya rahasia cinta semut tersembunyi pada kecintaannya pada yarqatnya. Dia rela berkorban dan menjaga yarqatnya. Kecintaan induk semut pada yarqatnya tidak ada bandingannya di dunia ini. Induk semut berkorban dengan seluruh anggota tubuhnya, dan dia tidak akan mampu berpisah dengan yarqatnya selama-lamanya. Oleh karenanya semut selalu mengikuti perjalanannya, dan dia diharamkan (menyakiti) dari sebagian tubuhnya, akan tetapi mati memisahkannya sebelum dia tenang akan keselamatan dan kemerdekaan yarqatnya.

Penelitian dan kajian telah menunjukkan bahwa sesungguhnya semut adalah hewan yang paling cerdik, paling pemurah, paling berani, paling ikhlas dan makhluk yang paling cinta kepada yang lain. Hal itu karena di dalam anggota tubuhnya terdapat semacam kantong (al kais) yang terdapat di dalam perut semut. Sehingga kita menamakan semut dengan ‘kantong sosial’ (al kais al ijtima’i). Kantong ini menjelaskan aspek kejiwaan dan akhlaq dalam kehidupan semut, seperti halnya menjelaskan bagian terbesar dari masa depan kehidupannya. Kantong ini bukan lambung (al ma’iddah) dan tidak mengandung enzim pencerna, sehingga makanan yang yang disimpann di dalamnya akan terjaga dengan baik. Ketika makanan semut hampir mencair secara sempurna dan menyerupai air gula, kantong ini menyerupai ceret untuk perkumpulan. Dengan itu, semut menjaga keturunan bangsanya dan setelah kantong terisis penuh, yang melestarikan kepada penduduknya, semut-semut berusaha mengeluarkan ‘materi manis’ ini supaya dimakan oleh yang lapar. Itu terjadi terus, tidak berhenti pada aktivitas (lain) atau istirahat, menolong kejadian tertentu atau perang. Adalah sangat tepat pernyataan Imam Ali ra. ketika mengajak manusia untuk merenungkan dan memikirkannya, “Lihatlah semut! tubuhnya yang kecil dan gerak-geriknya yang lembut. Bagaimana ia merangkak di bumi? Bagaimana dia mendapatkan rizkinya? Memindahkan biji ke ruangnya? Dan, menyiapkan di tempat tinggalnya? Jika anda memikirkan sumber makanannya, pada tinggi rendahnya, apa yang ada di perutnya, mata dan kuping yang ada di kepalanya, niscaya akan tampak keajaiban penciptaannya, dan niscaya anda akan kesulitan untuk mengikuti sifat-sifatnya.”

Itulah semut, yang merangkak jalannya, yang bijaksana perenungannya, yang baik dan suci hatinya pada musuh, yang punya kecintaan kuat dan belas kasih perasaannya, yang hidup dengan ratu-ratu tertentu yang mengaturnya dan menegakkan tiang-tiangnya sehingga terbentuk masyarakat yang tinggi, tidak ada keguncangan dan perselisihan di dalamnya, dan aturannya sungguh sangat kokoh dan rapi. Lebih baik mana, antara serangga kecil ini dengan kita? Manakah yang lebih baik, sistem Anda atau sistem semut; kerelaan berkorban semut atau sifat anda yang mementingkan diri sendiri; sifat semut yang menerima apa adanya (qonaah) atau sifat anda yang tamak?

Berlawanan dengan semut yang baik, kita mendapati adanya belalang (al jaradah) yang selalu membawa kerusakan (mudlirrah). Dia adalah serangga yang memiliki dua mata yang merah, dua biji mata yang bersinar, pendengarannya tersembunyi, pemahamannya tinggi dan indranya kua. Belalang memiliki dua taring, dan dua gunting untuk memotong.

Belalang adalah serangga yang paling membawa kerugian bagi manusia. Biasanya hidup menyendiri dari yang lain, meskipun —karena sebab yang sampai sekarang belum diketahui— ada yang berkumpul sampai beberapa juta bahkan sampai beberapa milyar dalam beberapa waktu dan berpindah sambil terbang, bergerombol (berkelompok) dan menghalangi sinar matahari. Tidak ada gurun dan ladang kecuali didatanginya dan (memakan) rumput-rumput dan tumbuhan-tumbuhan hijau yang ada di sana; biji dan buah. Yang dia tinggalkan adalah kelaparan (karena makanan telah dihabiskan dia, penj) dan kemahalan (karena makanan telah dihabiskan dia, sehingga tinggal sedikit, akibatnya harganya mahal, penj).

Itulah sekilas tentang dunia hewan, pada beberapa jenisnya, yang telah kita ketahui bersama. Sudah sewajarnya manusia merenungkan keajaiban-keajaiban rahasia penciptaan makhluk-makhluk ini, bagaimana usahanya untuk mengais rizki dan menjaga eksistensi dirinya? Bagaimana hewan-hewan berinteraksi dengan lingkungannya? Menyebarkan kebaikan di waktu tertentu, dan menyebarkan ketakutan dan kegelisahan pada sekitarnya pada waktu yang lain?.

[Terjemahan dari Kitab Thariiqul Iman, Dr. Samih Athif az Zain- penerjemah K.H . Shiddiq Al Jawi]

Tidak ada komentar: